Tegal, siapa yang gak tau kota tegal. Kota yang terkenal dengan jawa
medoknya, ya. Dan disinilah kota tempat lima anak ini tinggal, Rono,
caul, moso, indun dan dedy. Tepatnya desa pagerbarang, desa yang belum
terlalu tersentuh modernisasi jaman dimana jangkrik atau genggong, biasa
mereka menyebutnya, masih menjadi mainan yang asik buat mereka. Apalagi
musim hujan seperti ini. Genggong pada keluar untuk mencari
pasangannya.
“Mau kemana kamu ron?” tanya ibunya rono yang lagi menjahit celana rono yang sobek tersangkut paku siang tadi.
“Mau nyari genggong mak” jawabnya sambil mengambil senter di atas meja.
“Ati-ati ron lagi musim hujan. Mamak takut nanti kamu ketemu hantu kemamang” ucapnya cemas.
“Ah mamak ini, nakut-nakutin aku saja” ucapnya sambil membuka pintu
“assalamualaikum” lanjutnya lalu segera berlalu dan menyusul
teman-temannya yang sudah duluan ngumpul di gapura desa. Tempat biasa
mereka ngumpul dan nongkrong-nongkrong.
Rono emang terkenal yang paling penakut di antara semua anak
pagerbarang. Selama perjalanan dari rumah sampai gapura desa entah sudah
berapa kali bulu kuduknya naik turun. Apalagi setelah ditakut-takuti
sama ibunya.
“Muka kamu kenapa Dhong?” tanya caul begitu melihat muka rono yang
ketakutan sambil jalan setengah lari ke arah mereka nongkrong. bodhong
adalah julukan rono dari teman-temannya.
“Paling juga ketakutan gara-gara lihat daun pisang yang goyang ditiup angin” ejek dedy sok tau. Tapi memang bener sih.
“Hiiii…” rono segera duduk di tengah mereka sambil bergidik ingat ucapan
ibunya. “Bener gak sih kalau musim hujan kayak gini, hantu kemamang
suka pada keluar buat nyari mangsa?”.
“Iya, dan hantu kemamang paling demen mangsa orang macam kamu” ucap caul menakut-nakutinya.
“Bener tuh kata caul” ucap moso mendukung caul. “Kemamang itu paling
demen sama orang penakut yang item, kurus dan jelek. Yaaa yang sejenis
kamu lah”.
“hahahaha…” tawa temen-temen rono meledak bersamaan. Sedang rono hanya manyun.
Hantu kemamang adalah hantu kepala yang terbang dengan usus yang
menggantung di kepalanya tanpa ada badannya dan dia menyala seperti api.
Cerita dari turun temurun kalau musim hujan seperti ini dia sering
keluar untuk mencari mangsa. Tapi selama ini sih belum ada manusia yang
menjadi korban. Dia hanya memangsa binatang ternak. Hantu kemamang
menelan mangsanya bulat-bulat dan akan keluar jadi bangkai. Hantu
kemamang akan mati jika disiram lumpur.
Malam ini cuaca cukup sejuk. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.
Tapi juga langitnya tidak ada bintang dan bulan. Seperti yang sudah
dijadwalkan malam ini mereka akan berburu genggong alia jangkrik dengan
senter. Mereka tiba di kebun yang banyak genggongnya. Setibanya disana
semua berpencar untuk mencari genggong. Semua sibuk mendengarkan suara
genggong yang akan mereka tangkap. Setelah hampir dua jam mereka
berhasil mengumpulkan beberapa genggong. Langit sepertinya mulai
menurunkan titik air pertanda mau hujan. Tapi keadaan ini justru membuat
genggong-genggong pada keluar sarang, sehingga mereka semakin banyak
mengumpulkan genggong itu.
Saat mereka sedang asik menangkap genggong, dari kejauhan terlihat
cahaya. Awalnya mereka mengacuhkannya. Soalnya mereka mengira itu orang
lewat saja. Mereka berkumpul.
“Itu apaan yah?” ucap indun membuka pembicaraan.
Semua hanya terdiam. Sambil teringat dengan omongan rono sebelum
berangkat berburu. Cahaya itu semakin lama semakin mendekat. Semakin
membesar dan membesar… Dan seperti dikasih aba-aba semua berteriak: “ada
kemamanggg…”.
Semua lari kalang kabut mencari lumpur. Dan blurrrrr semuanya
nyemplung ke lubang lumpur tanpa pikir panjang. Semua bersembunyi disana
dengan takut yang merayap di dadanya tanoa memedulikan lintah yang
menempel di tubuhnya. Cahaya merah itu semakin mendekat dan mendekat
dengan diiring suara aneh. “Tok kotok kotok kotok kotok” dan berhenti di
dekat mereka. Cahaya itu langsung meredup dengan menghilangnya suara
aneh itu.
Di antara Rono, caul, moso, indun dan dedy. Moso adalah yang paling
pemberani. Dia mencoba berdiri dan keluar dari lumpur untuk melihat
keluar diikuti sama teman-temannya. Yang jelas pasti rono yang terakhir
keluar dari kubangan lumpur.
“Kalian lagi pada ngapain?” tanya mang Dali yang sukses mengejutkan mereka.
“Huaaaa…” teriak mereka bersamaan. Moso menyenter muka mang Dali. “Mang
dali ngagetin ajah” ucap moso. “Tadi ada cahaya dari sana. Kami yakin
itu hantu kemamang mang, jadi kami masuk ke lumpur itu” lanjutnya.
“Tadi mamang dari sana dan gak ada apa-apa” ucap mang dali heran. “atau
lampu motor mamang yang kalian anggap hantu kemamang itu”. Ucap mang
dali diakhiri ketawa ngikik.
“Ronooo…” teriak caul, moso, indun dan dedy bersamaan, kor. Tapi yang punya lakon sudah kabur dan ngacir duluan.
END
Cerpen Karangan: Adit Aja
Facebook: Adit Aja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar