“Alamak… susah betul lah cari cerita yang berbobot ni… ei, ada
sesiapa yang mau membantu saya tak?” tanya seorang anak Malaysia di
hutan belantara Kalimantan. Suasana hening tak menentu, bocah itu
tersesat karena lorong waktu yang dibuatnya.
Dia bingung, hatinya gersang, jiwanya kecewa dan risih sekali tak dapat
ide. 2 hari ia tinggal di hutan belantara yang penuh dengan kesunyian
itu. Kalau makan, dia cari alternatif untuk makan laksana orang jaman
dulu. Suatu ketika ia sangat haus dan terasa mau mati.
“Alamak… macam mana ni, dah lah haus pulak… Hei, sesiapapun tolong saya lah!” bocah itu kembali berteriak.
Dia lari, dia cari sungai di dekat hutan. Ditemukannyalah air,
walaupun air itu keruh tetap saja ia bernafsu untuk meminumnya sampai
dahaganya puas. “Lah… macam tu lah, tapi air nih tak sedap betullah…”.
Dia merasa meminum benda aneh. Dia memuntahkan air itu, keluarlah
mutiara. Mutiara itu beratnya sekitar 1 kg.
“Hei apa pula ni?” tanya bocah itu kebingungan. Dia mengira akan
mengalami nasib yang sama seperti cerita “Aladin dan lampu ajaib”
sehingga dia mengelus-elus mutiara itu. Walhasil bukan jin yang keluar,
malah wanita yang cantik menjelma.
“Kamu siapa?” tanya wanita itu kepada bocah.
“Mak saya sering call saya bocah, jadi panggil je bocah” jawab bocah gugup.
“Kenapa kamu bangunkan aku?” tanya wanita itu dengan lemah lembut.
“Eh, awak teganggu lah ye? maafkanlah saya” ujar bocah santai.
“Tapi, berhubung aku udah keluar, dan aku malas di dalam mutiara, aku mau ngasih kamu 2 pertanyaan?!” bilang wanita itu.
“Eh tunggu sekejap, awak nih bernama siapa?” tanya bocah.
“Saya Putri Yang Bertukar” celetuk wanita itu.
“Macam pernah kenal je name tu, tapi… boleh saya panggil putri saja?” tanya bocah.
“Boleh” jawab Putri.
“Eh cakap-cakap, kenapa 2 pertanyaan yang awak bagi, bukannya permintaan?” tanya bocah kebingungan.
“Oh iya, maaf deh salah. maksudnya 2 permintaan gitu. Udah cepat jangan
berlama-lama, jangan ngabisin durasi!” ujar Putri mulai jengkel.
“Durasi? Film kah, pakai durasi pulak!. Baiklah, jika Putri berkenan,
saya nak cerpen berbahasa Indonesia yang berquality jua akan laku di
pasaran nantinya. Soalnya saya nak jadi penjual buku” bilang bocah.
“Adakah orang mau beli di tempat sepi kayak gini” tanya Putri keheranan.
“E, nantilah dulu saya belum habis bicara lagi, nah pertanyaan kedua
saya ialah saya ingin 2 permintaan” bilang bocah dengan senyum-senyum.
“Kamu kira aku goblok apa?, bisa bercabang-cabang nanti keinginan kamu,
ujung-ujungnya juga rakus dan mau menang sendiri. Sudah, coba permintaan
yang lain… kalau gak aku pergi nih” bilang Putri sambil marah.
“Baeklah, bagi saya duit 1 milliyar” pinta bocah.
“Baik, sudah dua ya, aku kan kabulkan” kata Putri dengan nada pengharapan.
Seketika, 76 lusin buku dan uang 1 miliar datang di muka bocah. Bocah
terkagum dan mengucapkan “Terima kasih banyaklah Putri, Putri ni memang
baik hati sangat, dah lah cantik, ramah, sopan. Wah, nak tak jadi istri
aku?”.
“Jangan macam-macam ya, entar ditarik lagi lho buku dan duitnya… Mau tak?” balas Putri.
“Eh tak nak lah, bia lah tak mau jadi istri saya tak apa lah. Tapi saya
ni mau ke kota Putri, saya tiba di hutan ni kerana mesin waktu saya
rusak Putri. Putri tau tak ini tempat apa namanya?” kata bocah.
“Ini di Kalimantan, lagian ngapain sih sampai-sampai kesasar kesini?” tanya Putri.
“Program mesin waktu saya rosak Putri. Putri tolonglah ye, bantu saya… sekali ini saja” bilang bocah.
“Baiklah, untungnya aku kasihan sama kamu. Oke deh, aku bantuin. Tutup mata 5 detik ya” kata Putri.
Ternyata setelah 5 detik berlalu, tidak ada perubahan apa-apa yang terjadi di sekitar bocah.
Bocah: Eh, tak ada apa-apaun!
Putri: Mesin waktu kamu dimana?
Bocah: Yang jelas, tak disini
Putri: Pergilah, dan lihat mesin waktumu sekarang
Bocah: Terima kasih banyak Putri. Apa sekiranya yang pantas aku balas atas jasa-jasa putri?
Putri: Berikan nyawamu?
Bocah: APA…? Putri ni dah gila kah?
Putri: Kalau tak mau, akan aku ambil kembali semua yang telah aku berikan!
Bocah: Tak…
Bocah lari pontang panting. Dia menghampiri mesin waktunya. Tapi
sayang, sebelum kabur dengan mesin waktunya, bocah sudah mati duluan.
Putri: Hi hi hi hi hi… Sia-sia saja usahamu bocah… bocah, Ha ha ha ha
Cerpen Karangan: Rio Oktonas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar